Selasa, 15 Januari 2013

Depok, 15 Agustus 2010

Baru nulis lagi setelah sekian lama membiarkan buku ini tergeletak pada tempatnya. 4 taun di farmasi udah lewat, terlewati dengan berjuta senyum juga berjuta tangis. Senyum ketika menemukan orang-orang baru dalam kehidupan, senyum ketika gue berhasil bilang : finally gue bisa beradaptasi, senyum ketika penguji sidang menyatakan gue lulus sidang sarjana (ini bukan hanya senyum tapi tangis juga :D), senyum ketika kehadiran beberapa “orang” mewarnai perjalanan gue di farmasi, senyum ketika tiap pertambahan usia dirayakan bareng temen-temen, dan senyum ketika gue mengingat dan menengok hal-hal yang membuat tersenyum.
Namun diantara banyaknya senyuman tersebut masih diselipi dengan beberapa tangisan sedih gue. Tangisan ketika gak lulus mata kuliah di semester 1 (sumpah ini bikin down banget), tangisan malam pertama gue di asrama UI yang jujur saja waktu itu gue kangen banget sama rumah, tangisan waktu ngerasa gak sanggup ngerjain tugas OKK, mabim, dan utamanya tugas kuliah yang bejibunnya ampun-ampunan, tangisan ketika HGS pergi begitu saja setelah membuat hari-hari gue begitu bahagia, tangisan ketika gue tau kalo dia bukan buat gue dan jujurly bikin gue rapuh sampai detik ini, dan tentunya tangisan ketika gue gak tau gimana untuk mengungkapkan kepedihan dalam hati gue dengan kata-kata.
Tapi cukup. Ya cukup sampai disitu saja. Sudah cukup semua. Gue rasa dan gue pengen hari-hari gue ke depan, terutama setaun ke depan, gue jadikan tangisan itu sebagai senyuman. Gue sering menangisi diri gue sendiri. Kenapa gue gak gitu, kenapa gue gak gini. Tapi lambat laun paradoks pemikiran gue pun berubah dan semuanya mulai terbentang luas di hadapan gue. Bukan tentang kenapa gue gak gini atau gak gitu tetapi bagaimana cara biar gue gini atau gitu. Gue harus lebih lagi, lebih dewasa menyikapi hal-hal tertentu. Ayo berusaha menjadi Akma yang selalu tersenyum :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar